Guide Me All the Way

Senin, 08 Agustus 2022

JEJAK LITERASI DI KAMPUS SMPN 4 MAJA (KENANGAN YANG TAK AKAN TERLUPAKAN) (Oleh : Enok Yanti, M. Pd – Pengawas SMP Disdik Majalengka) Berawal dari cerita ketika saya sebagai Guru IPS SMPN 4 Maja Kabupaten Majalengka diundang oleh Dirjen GTK Kemendikbud untuk mengikuti pelatihan “Bridging Course dan Literasi”. Alhamdulillah mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan tersebut, karena tentunya tidak semua orang beruntung mengikuti pelatihan tersebut yang dilaksanakan di Hotel Cavinton Yogyakarta 21-25 Juni 2016. Bagaimana tidak bersyukur, karena waktu itu hanya ada 5 orang perwakilan dari Kabupaten Majalengka untuk berangkat ke “negeri awan”. 5 orang tersebut merupakan perwakilan dari mapel IPS yang diwakili saya sendiri, mapel Bahasa Ingris yang diwakili oleh Guru Bahasa Inggris SMPN 1 Rajagaluh, guru mapel IPA yang diwakili oleh Guru IPA SMPN 1 Lemah Sugih, mapel Matematika yang diwakili oleh Guru Matematika SMPN 3 Majalengka dan mapel Bahasa Indonesia yang diwakili oleh Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Palasah. Jadi, berangkatlah kami ber-lima mewakili Kabupaten majalengka untuk memenuhi undangan Dirjen GTK Kemendikbud tersebut. Pada pelatihan Bridging course materi yang kami terima diantaranya yaitu tentang : Bridging course, dinamika Kurikulum 2013, dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Ketika menerima materi umum yaitu hari pertama dan ke-dua, semua peserta dari setiap mapel bekumpul di satu tempat, sedangkan pada hari ke-tiga dan ke-empat kami peserta berkumpul dalam ruangan berbeda tentunya sesuai dengan mapel yang diampu masing-masing peserta. Ketika di kelas mapel masing-masing kami sebagai peserta harus mampu mempraktekkan materi bridging course dengan cara peer teaching dengan waktu dan peraturan ditentukan oleh penyaji. Usai pelatihan kami dituntut untuk membuat Rencana Tindak Lanjut sepulangnya ke kampung halaman masing-masing. Semua peserta membuat RTL dengan cermat, apa saja yang akan dilakukan termasuk anggran biaya untuk pelaksanaan penyebaran informasi hasil pelatihan minimal untuk di sekolah masing-masing. Ternyata kami ber lima mempunyai cerita masing-masing ketika sampai di sekolah masing-masing. Ada yang mendapatkan respon sangat positif dari pimpinan sekolah tapi ada juga yang mendapat respon kurang positif, hal tersebut disebabkan oleh karena adanya anggaran yang harus dikeluarkan demi terlaksananya kegiatan sesuai yang telah dijadwalkan. Saya pribadi ketika menginformasikan kepada pimpinan sekolah mendapat tanggapan positif tentang rencana selanjutnya untuk mengadakan Bridging Course untuk setiap peserta didik baru dan megimplementasikanGLS dengan satu syarat bahwa guru yang terlibat dalam pelaksanaan Bridging course tidak mendapatkan honor karena tidak ada dalam pembiayaan sekolah. Sungguh berat karena menyangkut dengan guru yang lain, meskipun saya sendiri tidak memperdulikan tentang pembiayaan. Dengan tekad dan niat yang kuat, saya bersama teman-teman mapel Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPS dan IPA mulai merancang untuk pelaksanaan Bridging course. Alhamdulillah meski tidak mendapat dukungan penuh pelaksanaan Bridging course sukses dan lancar. Dari pelaksanaan Bridging course ternyata diperoleh data para peserta didik baru yang mempunyai potensi di bidang mapel masing-masing. Hal tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk mengembangkan potensi mereka sesuai bakat dan minat dan tentunya sebagai persediaan sekolah untuk mempersiapkan calon peserta OSN (Olimpiade Sain Nasional). Oh iya, barangkali ada di antara teman yang belum mengetahui tentang bridging course. Bridging course merupakan suatu kegiatan mempersiapkan peserta didik baru yang baru keluar dari jenjang SD supaya bisa mengikuti pelajaran di jenjang SMP. Pada jenjang kuliah Bridging course dikenal dengan istilah “Matrikulasi”. Pelaksanaan Bridging course bisa dilaksanakan secara mandiri setelah pelaksanaan MPLS atau diintegrasikan dengan materi pada MPLS. Pelaksanaan Bridging Course di SMPN 4 Maja yang dimotori oleh saya sendiri akhirnya dilaksanakan secara terpisah dengan kegiatan MPLS. Peserta didik baru sebelum diberikan materi dasar 5 mapel yang sudah disebutkan di awal, mereka diberikan pre tes atau tes awal. Setelah mereka mendapatkan materi, pada pertemuan selanjutnya peserta didik baru mengerjakan post tes. Ternyata setelah dianalisis, luar biasa perolehan nilai peserta didik naik secara signifikan dari hasil pre test ke hasil post test. Satu hal lagi hasil pelatihan Bridging Course yang membuat saya bertekad ingin terwujud di SMPN 4 Maja yatiu pelaksanaan GLS. GLS atau Gerakan Literasi Sekolah untuk di sekolah lain (sekolah pionir, kebetulan baru 5 sekolah) yang ada di Majalengka sudah melaksanakan GLS dengan pelaksanaan di kelas. Luar biasa tantangan untuk melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah untuk bisa terwujud. Karena suatu program bisa terwujud jika adanya kerja sama dengan pihak lain atau dengan kata lain semua pihak terlibat dari mulai warga sekolah, komite yang harus mendukung juga masyarakat sebagai orang tua peserta didik juga harus terlihat dukungannya. Semenjak Bulan Juni 2017 cita-cita ingin menancapkan kaki literasi sekolah terseok-seok, akhirnya karena tidak memungkinkan untuk diberlakukan di setiap kelas atau untuk seluruh warga sekolah, saya berusaha untuk minta izin kepada pimpinan langsung untuk mlakukan literasi di kelas yang saya bimbing. Saya praktekkan membaca buku fiksi maupun non fiksi di kelas minimal 10 menit ketika pembelajaran IPS akan berlangsung, membuat pojok baca di kelas (hanya di kelas saya ssebagai wali kelasnya saja). Alhamdulillah di luar dugaan, antusiasme peserta didik luar biasa, mereka senang dengan aktifitas membaca meski hanya 10 menit sebelum pembelajaran IPS berlangsung, dan paling menggembirakan ternyata anak-anak di kelas lain meniru membuat pojok baca di kelas masing-masing. Hingga pada akhinya ada program WJLRC dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang mempebolehkan sekolah mendaftar sendiri kepada Disdik Jabar untuk menjadi sekolah pelaksana WJLRC. Saya coba usulkan kepada pihak yang berwenang yaitu kepala sekolah dan wakil kepala sekolah untuk daftar mengikuti WJLRC. Alhamdulillah, gayung bersambut mereka menyetujui dan daftar sebagai sekolah pelaksana WJLRC. Cerita tentang WJLRC dan mendapat piagam penghargaan dari Gubernur Jabar Kang Aher terdapat dalam tulisan di blog ini juga http://majalengkaenokyanti.blogspot.com/2017/11/buta-membaca-lumpuh-menulis.html?m=1 Alhamdulillah... Salam Literasi !!!