Guide Me All the Way
Minggu, 02 April 2017
Sabtu, 01 April 2017
Selasa, 28 Maret 2017
Kumpulan Video Letusan Gunung Berapi
Video : Letusan gunung terhebat sepanjang massa.
Video : Letusan Gunung Krakatau
Video : Evakuasi Korban Merapi
Video : Dampak Letusan Gunung Berapi
Senin, 27 Maret 2017
Minggu, 26 Maret 2017
Mitigasi Bencana Letusan Gunung Api
Mitigasi
Bencana Letusan Gunung Api
Upaya memperkecil
jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi,
tindakan yang perlu dilakukan (Soehataman Ramli, 2010:95) :
1)
Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau
selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil
pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos
pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
2)
Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh
DVMBG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain
mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim
ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
3)
Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung
berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan
bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan
bencana.
4)
Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi,
Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta
dan dokumen lainya.
5) Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi
kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar
gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada
Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
Upaya menyelamatkan
diri dari letusan Gunung Api menurut Departemen Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia (2008 : 48) dikelompokkan menjadi tiga tahapan, yaitu
sebelum gunung meletus, saat terjadi letusan gunung dan setelah letusan gunung.
Sebelum
Gunung Meletus
1) Buatlah
satgas peduli gunung api, ini penting sebagai regu penolong pertama bila
terjadi letusan.
2) Pelajari
sejarah letusan gunung api yang pernah terjadi. Caranya:
· Menanyakan
kejadian aktivitas gunung api yang pernah terjadi pada penduduk di sekitarnya;
· Menanyakan
kepada aparat dinas ESDM kabupaten/kota, peruruan tinggi, serta asosiasi
profesi;
· Mengamati
langsung bekas aktivitas gunungapi yang pernah terjadi;
· Mengamati
perilaku alam di sekitar kita. Gunung api dikatakan aktif ditunjukkan adanya
air panas, gas belerang, deformasi, ledakan, aliran lava;
· Kalau
ada tanda-tanda ini, pengamatan harus dilakukan terus menerus. Bila ada
perubahan yang ekstrem, segera lapor pihak yang berwenang untuk
dikonsultasikan.
3) Buat
peta bahaya akibat bahaya gunung api di lokasi setempat dan buat rute jalan
evakuasi yang paling aman;
4) Segera
hubungi pihak yang berwenang untuk mempelajari kesiapan dan tanggap darurat
serta cara evakuasi;
5) Catat
dan sebarkan ke setiap anggota satgas nomor telepon penting, seperti bupati,
dinas sosial, satuan pelaksana perlindungan masyarakat (Linmas), Palang Merah
Indonesia (PMI), Search and Rescue (SAR), media peduli bencana;
6) Kembangkan
dan rencanakan serta berlatihlah untuk keadaan darurat dengan satgas lain di
sekitarnya, ini penting untuk koordinasi antar satgas;
7) Rencanakan
dan beritahukan dengan cermat cara-cara evakuasi untuk keluarga kita sendiri.
Pastikan mereka mengetahuinya;
8) Rencanakan
dan beritahukan apa-apa yang harus disiapkan saat mengungsi misalnya menyiapkan
tas yang diisi dengan pakaian, bahan makanan dan minuman, obat-obatan, senter,
dan alat lain yang diperlukan. Bawa secukupnya untuk mengungsi selama minimal 3
hari;
9) Buat
sistem peringatan dini sederhana, misalnya dengan tanda kentongan, peluit,
interkom, pengeras suara mesjid;
10) Pelajari
tentang pertolongan pertama (P3K) dengan bantuan PMI agar saat terjadi bencana
ada pertolongan pertama dengan cara yang benar. Banyak korban cacat atau
meninggal karena tidak tahu cara penyelamatan pertama;
11) Kenali dan catat tanda-tanda alam yang
biasanya akan muncul sebelum gunung api akan meletus atau akan mengeluarkan
sesuatu. Untuk itu perhatikan, dengarkan, dan rasakan adakah sesuatu yang
berbeda di sekitar kita bila dibandingkan dengan keadaan biasanya misalnya :
· Hewan-hewan
liar yang berlarian turun atau bersuara keras dan nampak gelisah. Atau
hewan-hewan peliharaan kita akan menunjukkan gejala yang sama (misal burung
dalam sangkar terbang gelisah, nabrak-nabrak sarang). Ini terjadi karena
gelombang gempa volkanik primer / longitudinal mampu menembus udara sehingga
membuat hewan-hewan melakukan hal yang tidak biasa. Hal ini juga disebabkan
karena gelombang atau radiasi elektromagnetik magma yang mendekati permukaan
bumi;
· Ada
suara keras yang tidak pernah didengar sebelumnya, misalnya suara gemuruh
akibat kubah lava yang runtuh atau akibat longsor, ada kebakaran hutan, ada
pohon yang tumbang akibat longsor;
· Ada
bau yang aneh yang tidak biasanya (bisa bau belerang, bau basin yang menyengat)
yang diakibatkan aktivitas gunung api;
· Ada
suara berdesir keras akibat aliran piroklastik (awan panas);
· Ada
perasaan aneh yang diraskan bersama-sama.
17)
Siapkan lampu senter dengan kondisi baterei yang masih baik;
18)
Siapkan obat-obatan untuk pertolongan pertama;
19)
Siapkan persediaan makanan dan minuman;
20)
Siapkan masker;
21)
Siapkan sepatu yang kuat.
Saat
Terjadi Letusan Gunung
1) Tutup
rapat jendela, pintu, dasn lubang angin;
2) Masukkan
kendaraan bermotor atau peralatan mesin lainnya ke dalam garasi dan matikan
mesinnya;
3) Masukkan
hewan peliharaan dan persediaan makanan di tempat lebih aman;
4) Kumpulkan
keluarga, ambil tas yang sudah disiapkan dan evakuasi segera;
5) Dengarkan
intruksi ketua kelompok atau intruksi dari pihak yang berwenang setempat atau
ikuti rute evakuasi yang sudah dibuat sebelumnya;
6) Hindari
daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering, dan
daerah aliran lahar;
7) Hindari
tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan;
8) Masuk
ruang lindung darurat;
9) Siapkan
diri untuk kemungkinan bencana susulan;
10) Kenakan
pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana
panjang, topi dan lainnya;
11) Melindungi
mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau
apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam mata;
12) Jangan
memakai lensa kontak;
13) Pakai
masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung;
14) Saat
turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
Setelah
Letusan Gunung
1) Jauhi
wilayah yang terkena hujan abu;
2) Bersihkan
atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau meruntuhkan atap
bangunan. Hati-hati jika membersihkan abu di atas genteng, ada kemungkinan
runtuh;
3) Hindari
mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin
motor, rem, persneling dasn pengapian;
4) Terus
dengarkan radio terutama untuk mendengarkan kerusakan-kerusakan yang terjadi
sepeti di jalan, jembatan, bangunan penting dan lain-lain, ini penting untuk
petunjuk menuju lokasi bencana;
5) Gunakan
telepon untuk kondisi darurat saja;
6) Beri
pertolongan pertama bagi yang terluka atau terjebak. Bila tidak memahami dalam
memberi pertolongan pertama panggil bantuan. Ingat diupayakan jangan
memindahkan korban luka parah, biarkan ahlinya yang melakukan itu misalnya
petugas PMI atau Dokter;
7) Beri
pertolongan terlebih dahulu pada tetangga terutama tetangga yang cacat dan atau
manula serta anak kecil karena sangat membutuhkan bantuan orang lain.
Video Animasi Mitigasi Bencana Letusan Gunung
A.
Daftar
Pustaka
Badan
Informasi Publik. 2008. Memahami Bencana-Informasi
Tindakan masyarakat Mengurangi Resiko Bencana. Jakarta : Departemen
Komunikasi dan Informatika RI.
Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen
Bencana. Jakarta : Dian Rakyat.
Undang
Undang RI Nomor 24 Tahun 2007. Penanggulangan
Bencana. Jakarta : Setneg.
Efektivitas Media Audiovisual dalam Pembelajaran IPS
Kemajuan
yang sangat pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dewasa ini
mampu memberikan manfaat yang positif di berbagai bidang. Salah satu kemajuan
yang menonjol dalam perkembangan TIK dan akan memasuki era penting dalam kehidupan
sehari - hari adalah di bidang multimedia dengan upaya menggabungkan audio dan
video menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Hal ini dapat dimanfaatkan
dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan.
Proses
belajar dalam beberapa hal dapat dilihat sebagai komunikasi. Pengalaman
menunjukkan bahwa dengan menggunakan media pendidikan yang sesuai dan dengan
cara yang benar, materi yang disajikan lebih mudah diterima peserta didik.
Salah satu unsur komunikasi adalah media atau saluran dengan mana gagasan
kominukator yang telah diubah menjadi kode diteruskan kepada komunikan. Oleh
sebab itu dalam belajar dan pembelajaran diperlukan media sebagai alat bantu
dalam membangun komunikasi antara guru dengan murid dan antara murid dengan
murid.
Media
pembelajaran merupakan wahana penyampaian informasi atau pesan pembelajaran
pada peserta didik. Dengan adanya media pada proses belajar mengajar, diharapkan
dapat membantu guru dalam meningkatkan prestasi belajar pada peserta didik.
Oleh karena itu, guru hendaknya menghadirkan media dalam setiap proses
pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Media pendidikan mempunyai
kegunaan untuk mengatasi berbagai hambatan, antara lain: hambatan komunikasi,
keterbatasan ruang kelas, sikap peserta didik yang pasif, pengamatan peserta
didik yang kurang seragam, sifat objek belajar yang kurang khusus sehingga
tidak memungkinkan dipelajari tanpa media, tempat belajar yang terpencil dan
sebagainya.
Terkait
dengan penggunaan media, pepatah Cina mengatakan: Saya dengar saya lupa, Saya
lihat saya ingat, Saya kerjakan saya mengerti. Ini berarti bahwa semakin banyak
indera komunikan yang diterap oleh sinyal informasi, semakin banyak pula pesan
yang terserap. Dengan demikian, penggunaan media yang bervariasi merupakan
salah satu upaya yang tepat untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar
dan pembelajaran (Zamroni, 2008: 140).
Dewasa ini masih banyak guru-guru
yang enggan memanfaatkan media yang ada contohnya penggunaan media audio
visual untuk kegiatan pembelajaran. Masih banyak
kecenderungan bahwa para peserta didik dibiasakan untuk mendengarkan apa yang
diajarkan oleh guru, kemudian mencatat dan dipaksa untuk menghafalkannya di
luar kepala. Keadaan semacam ini jelas akan menghasilkan sikap verbalistik,
yang menyebabkan peserta didik menjadi pasif dan kegiatan pembelajaran menjadi
cepat menjemukan sehingga penggunaan media audio
visual dalam pembelajaran khususnya pada materi vulkanisme akan sangat membantu dalam rangka
mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning/ joyful class)
serta mengaktifkan peserta didik.
a.
Pengertian
Media
Kata Media adalah bentuk jamak dari
kata medium yang berasal dari bahasa Latin yang berarti pengantar atau
perantara. Dalam konteks belajar dan pembelajaran, media dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan atau materi ajar dari guru
sebagai komunikator kepada peserta didik sebagai komunikan dan sebaliknya (
Zamroni, MA, 2008:140 ). Lebih lanjut Zamroni mengungkapkan bahwa media ada
juga yang mengartikan sebagai alat bantu mengajar atau “teaching aid”. Oleh
sebab itu, sekalipun telah tersedia media pembelajaran, masih diperlukan guru,
teknik, metoda, dan sarana serta prasarana lain termasuk dukungan lingkungan
untuk menciptakan komunikasi untuk penyampaian pesan pembelajaran dengan
berhasil sebagaimana direncanakan oleh guru. Untuk lebih jelasnya, kedudukan
media dalam proses belajar dan pembelajaran dapat diilustrasikan sepeti
terlihat dalam gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1.
Kedudukan Media dalam Penyampaian Pesan Pembelajaran
b.
Manfaat
Penggunaan dan Jenis Media
Dalam
Pedoman Penatar Peketi – AA yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi – Departemen Pendidikan Nasional disebutkan ada delapan
manfaat media dalam penyelenggaraan belajar dan pembelajaran yaitu :
1) Penyampaian
materi pembelajaran dapat diseragamkan;
2) Proses
intruksional lebih menarik;
3) Proses
belajar lebih interaktif;
4) Jumlah
waktu belajar- mengajar dapat dikurangi;
5) Kualitas
belajar dapat ditingkatkan;
6) Proses
belajar dapat terjadi kapan dan di mana saja;
7) Meningkatkan
sikap positif peserta didik terhadap proses dan bahan belajar;
8) Peran
pengajar dapat berubah ke arah positif dan produktif;
Di
samping itu menurut Zamroni (2008:
1) Media
secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai skenario yang mengarahkan
jalannya proses belajar dan pembelajaran sebagaimana direncanakan;
2) Bahan
ajar dapat disiapkan sebelumya sehingga dapat lebih disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran.
Djamarah (2002)
mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :
1) Media
audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape
recorder.
2) Media
visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud
visual.
3) Media
audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
Jenis media ini
mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis :
•
audiovisual diam, yang menampilkan suara
dan visual diam, seperti film sound slide.
•
audiovisual gerak, yaitu media yang
dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video
cassete dan VCD.
c.
Media
Audio
Media Audio (media
dengar) adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera
pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar
dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata (Setyosari dan Sihkabuden, dalam
Nur Hadi W, 2007). Sedangkan suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh
getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitude yang berubah
secara kontinyu terhadap waktu. Suara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:
966) di antaranya berarti bunyi yang dikeluarkan dari mulut manusia, bunyi
binatang, ucapan (perkataan), dan bunyi bahasa (bunyi ujar). Dari itu, dilihat
dari sifat pesan yang diterima, media audio ini bisa menyampaikan pesan verbal
maupun non verbal. Pesan verbal berupa bahasa lisan atau kata-kata, sedangkan
pesan non verbal berwujud bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan,
gumam, musik, dan lain-lain.
Jenis-jenis Media Audio
Untuk dapat
menggunakan perangkat audio sebagai media pembelajaran, maka ada baiknya
mengenal peralatan audio tersebut, terutama peralatan yang mampu merekam suara.
Di antaranya adalah:
• Phonograph
(Gramaphone)
Alat
rekam ini menggunakan cakram datar yang disebut gramafon (gramaphone),
yang kemudian dikenal dengan nama piringan hitam (record), yang telah
berkali-kali mengalami perkembangan pembuatannya. Piringan hitam ini, mampu
merekam berbagai macam suara mulai dari ucapan katakata, suara badai, kicau
burung, music simponi dan lain-lain.hanya saja piringannya mudah tergores dan
aus serta diameternya yang besar. Alat ini cocok digunakan untuk music, drama,
puisi, dongeng, tutur cerita dan lainlain.
• Open Reel Tapes
Kelebihan
program audio yang menggunakan pita Open Reel Tape Recorder ialah
kualitas suaranya lebih bagus dibandingkan dengan pita kaset. Open Reel Tape
Recorder ini, ada yang menggunakan sestem full track (mono) dan yang
menggunakan sistem stereo. Namun pada umumnya programprogram audio diperbanyak
dalam bentuk mono.
• Cassette Tape Recorder
Perekam
kaset audio ini adalah yang paling popular dalam masyarakat. Untuk berbagai
keperluan maka dibuat pita kaset dalam beberapa kualitas, yaitu dari yang
paling rendah, normal dan metal. Namun umumnya program audio (untuk
pendidikan), dibuat di atas pita kaset normal.
• Compact Disc (CD)
Inovasi
secara revolusioner di dunia audio rekam terjadi pada tahun 1979, yakni ahirnya
compact disc (CD) sebagai hasil percampuran computer dan tenaga laser. Compact
Disc atau cakram padat adalah sebuah piringan optical yang digunakan untuk
menyimpan data secara digital. Teknologi cakram padat kemudian diadopsi untuk
digunakan sebagai alat penyimpan data yang dikenal sebagai CD-ROM.
• Radio
Radio
adalah satu alat komunikasi elekro magnetic untuk mengirim dan menerima pesan
suara dengan menggunakan sistem gelombang suara melalui udara. Pemancar radio
mengubah, atau melakukan modulasi gelombang radio agar dapat menyampaikan
informasi. Dalam dunia pendidikan, hingga kini radio masih digunakan sebagai
media pembelajaran, khususnya untuk program pembelajaran jarak jauh. Penggunaan
radio sebagai media pendidikan tidak perlu diragukan lagi peranannya, hal ini
disebabkan karena radio memiliki daya jangkauan yang luas.
Secara
umum, media audio memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihannya: fleksibel,
relative murah, ringkas, mudah dibawa (portable).
Sedangkan
keterbatasannya: memerlukan peralatan khusus, memerlukan kemampuan/ketrampilan
khusus untuk pemanfaatannya.
2. Media
Visual
Media visual,
yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.
Konotasi media visual dalam pengajaran memiliki pengertian yang sangat luas,
karena pada dasarnya media pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran hampir
semuanya dapat dinikmati oleh indera penglihatan kita. Dalam bahasan ini media
visual yang dimaksud, adalah media yang penampilan materialnya dengan menggunakan
alat proyeksi atau proyektor, karena melalui media ini perangkat lunak (soft
ware) yang melengkapi alat proyeksi ini akan dihasilkan suatu bias cahaya atau gambar
yang sesuai dengan materi yang diinginkan.
Berdasarkan fungsi
penggunaannya media visual hasil bias elektronik dapat diklasifikasikan menjadi
media visual tak bergerak (diam) ialah media yang dapat menampilkan atau
membiaskan gambar diam pada layar, seperti: Overhead Projector(OHP), Opaque
Projector, Slides dan Film Strip. Sedangkan media visual yang bergerak ialah
media yang dapat menampilkan atau membiaskan gambar atau bayangan yang dapat
bergerak di layar bias, seperti: bias gambar-gambar yang ditampilkan oleh
motion picture film dan loop film. Masing-masing media, baik yang bergerak
maupun yang tak bergerak dilihat penggunaannya tak lepas dari kelebihan dan
keterbatasan yang ada, tergantung pada situasi dan kondisi pengoperasiannya.
Beberapa media visual adalah sebagai berikut :
·
Overhead Projector (OHP) dan
Transparansi
·
Opaque Projector
Opaque
Projector ialah alat proyeksi yang dapat mempro-yeksikan bendabenda atau bahan
yang tidak tembus cahaya seperti gambar, photo, tulisan bahkan benda asli yang
berukuran kecil yang dapat ditempatkan pada alat tersebut dapat diproyeksikan
pula
·
S l i d e s (Film Bingkai)
Slides
adalah bidang transparan yang bergambar. Bidang transparan itu dapat berupa
kaca, plastik jernih atau seluloid. Gambar transparan tersebut kemudian diproyeksikan
melalui alat yang disebut Slides Projector. Gambarnya bisa berupa hasil lukisan
tangan, tetapi pada umumnya merupakan hasil pemotretan yaitu dengan menggunakan
film 35 mm khusus untuk membuat slide. Tiap gambar diberi bingkai dan bingkai
ini biasanya sudah dipersiapkan oleh toko yang menjual alatalat photografi.
·
Film Strip (Film Rangkai)
Film
strip adalah serangkaian gambar pada 35 mm film positip dalam urutan tertentu.
Untuk memproyeksikannya ialah dengan menggunakan proyektor film strip. Dewasa
ini ada pula proyektor film strip yang dikombinasikan untuk proyektor slide.
·
Microprojection, Microfilm, dan
Microcard
Microprojection
adalah film hasil pemotretan dari benda-benda mikro yang telah diperbesar
dengan alat microscope dan dengan proyektor khusus untuk itu gambar dapat
diproyeksikan ke layar.
·
Loop Film
Loop
film atau filmloop adalah jenis film (motion picture film) dari ukuran 8 mm
atau 16 mm yang ujung-ujungya saling bersambung, sehingga film ini akan berputar
terus berulang-ulang bila tidak dimatikan.Yang berukuran 8 mm lebih praktis
karena dirancang dalam bentuk kaset, lama putarnya berkisarnya antara 3 – 4
menit. Karena tidak bersuara, maka guru harus memberi narasi/komentar sendiri sementara
film berputar.
3. Media Audio-Visual
Media audio-visual
disebaut juga sebagai media video. Video merupakan media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media video terdapat dua unsur yang
saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan peserta didik untuk
dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan unsur visual
memungkinkan penciptakan pesan belajar melalui bentuk visualisasi.
Menurut Ronal
Anderson (1994:99), media video adalah merupakan rangkaian gambar elektronis
yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar yang
dituangkan melalui pita video (video tape). Rangkaian gambar elektronis
tersebut kemudian diputar dengan suatu alat yaitu video cassette recorder atau
video player.
d.
Efektifitas
Media Audio Visual dalam Pembelajaran
Media audio-visual
disebaut juga sebagai media video. Video merupakan media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai
avisual (alat peraga) dalamkegiatan belajar. Baru pada kira-kira pertengahan
abad 20, dengan masuknya pengaruh dari teknologi audio, lahirlah peraga audio
visual yang menekankan penggunaan pengalaman konkret untuk menghindari
verbalisme.
Pembelajaran dengan media audio
visual sangat bermanfaat bagi peserta didik,
setidak-tidaknya dalam beberapa hal seperti: mendorong rasa ingin tahu peserta
didik, mendorong keinginan untuk mengubah sesuatu yang sudah ada, dan mendorong
keinginan peserta didik untuk mencoba hal-hal yang baru, dan lain-lain.
Kelebihan:
Pembelajaran dengan media audio visual memiliki kelebihan-kelebihan antara lain: (1) memungkinkan terjadinya
interaksi antar peserta didik dengan materi pembelajaran (2) proses belajar
secara individual sesuai kemampuan peserta didik (3) menampilkan unsur
audiovisual. (4) langsung memberikan umpan balik dan (5) menciptakan proses
belajar yang berkesinambungan
Kekurangan.
Beberapa kekurangan dari pembelajaran dengan media audio visual di antaranya adalah: (1) pembelajaran dengan teknologi multimedia
mengharuskan dioperasikan melalui komputer sebagai perangkat keras (hardware)-nya.
(2) peralatan untuk memanfaatkannya relatif mahal, (3) perlu keterampilan
khusus untuk mengoperasikannya, dan (4) perlu keterampilan dan keahlian
istimewa untuk mengembangkannya.
Terkait penggunaan media audio
visual dalam pembelajaran misal pembelajaran gunung api, betapa pentingnya penggunaan media audio
visual sehingga hal yang abstrak bisa dengan jelas diamati. Sehingga fungsi
media audio visual dalam kegiatan pembelajaran gunung api tidak lagi sekedar
peraga bagi guru melainkan pembawa informasi / pesan pembelajaran yang sangat
dibutuhkan oleh peserta didik.
A.
Daftar
Pustaka
Nasution,
MA. 2008. Teknologi Pendidikan. PT
Bumi Aksara: jakarta
Nurhadi,
W. 2009. Pemanfaatan teknologi Multimedia
dalam Pembelajran Geografi di Sekolah. http://singgiheducation.blogspot.com/2009/11
Zamroni. 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Tim Humaniora: Bandung
Langganan:
Postingan (Atom)