Gunung
Api
Berdasarkan
sumber, Indonesia mempunyai sekitar 500 gunung api 128 diantaranya adalah
gunung api aktif atau 13 % dari gunung api aktif di dunia yang bisa meletus
setiap saat hal tersebut disebabkan oleh posisi Indonesia berada pada jalur
“Ring of Fire”. Seluruh gunung api tersebut berada dalam jalur tektonik yang
memanjang mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Kepualauan
Halmahera, dan Sangir Talaud yang menempati seperenam dari luas daratan
Nusantara. Fenomena yang menarik dari gunung api tersebut adalah bahwa 30 %
gunung api tersebut terdapat di Pulau Jawa yang merupakan Pulau paling padat
penduduknya di Indonesia. Jumlah penduduk sekitar 237 juta jiwa (BPS, 2008), 60 % diantaranya bermukim di
Pulau Jawa, karenanya ancaman bencana letusan gunung api di Pulau ini sangat besar. Sehingga tidaklah mengherankan
kalau Pulau Jawa mendapat prioritas pertama pemantauan gunung api.
Kawasan di sekitar Gunung api pada
umumnya merupakan daerah yang relatif subur dan dikelilingi oleh pemukiman penduduk
yang padat. Semakin subur suatu lahan maka akan semakin padat penduduknya dan
sudah bisa dipastikan akan menjadi sumber bencana jika terjadi letusan pada
daerah padat penduduk tersebut.
Berikut disajikan video pembelajaran tentang gunung api sebelum
menyajikan materi.
a.
Definisi
Gunung Api
Kata
Volcano (gunungapi) pertama kali berasal dari pulau kecil yang bernama Volcano,
yang terletak di Laut Mediterania, Sicily. Beberapa istilah gunung api dari berbagai
Bahasa. Pertama berasal dari bahasa Italia yaitu kata “vulcano” yang berarti
Dewa Api (penjaga pada tubuh gunungapi). Dalam bahasa Belanda “vulkaan” yang
berarti gunungapi dan dalam bahasa Inggris yaitu volcano (= gunungapi).
Beberapa
definisi gunung api menurut beberapa
orang ahli yang terdapat dalam blog unsri http://blog.unsri.ac.id/userfiles/Copy%20of%208271_Modul_2.pdf adalah sebagai berikut :
Menurut Alzwar dkk, gunungapi adalah:
· Timbulan
di permukaan bumi, yang tersusun atas timbunan rempah gunungapi
· Tempat
dengan jenis dan kegiatan magma yang sedang berlangsung
· Tempat
keluarnya batuan leleran dan rempah lepas gunungapi dari dalam bumi
Menurut MacDonald, gunung
api merupakan:
· Tempat
/ bukaan berasalnya batuan pijar (gas) dan umumnya keduanya, keluar ke
permukaan bumi, sehingga bahan batuan tersebut berakumulasi membentuk bukit atau
gunung.
Menurut Bront, gunung api
merupakan:
• Setiap proses alam yang berhubungan dengan
kegiatan gunungapi, meliputi asal-usul pembentukan magma di dalam bumi hingga kemunculannya
di permukaan umi dalam berbagai bentuk dan kegiatannya
•
Setiap magma yang muncul ke permukaan bumi
adalah gunungapi
Gunung
api dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam
wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah
permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi
material yang dikeluarkan pada saat dia meletus.
b.
Proses
Terbentuknya Gunung Api
Gunung
berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling
terkenal adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik
(Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis
bergeseknya antara dua lempengan tektonik.
Gunung api terbentuk pada empat busur, yaitu busur
tengah benua, terbentuk akibat pemekaran kerak benua; busur tepi benua,
terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua; busur tengah
samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samudera
yang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera. Gambar di
bawah ini menunjukkan tentang proses pembentukkan gunung api.
Gambar 1. Proses pembentukan gunung api
Sumber : http://kataloggeografi.blogspot.co.id/2015/02/proses-terbentuknya-gunung-berapi.html
Pada gambar
di atas memperlihatkan batas lempeng utama dengan dengan pembentukkan busur
gunungapi. Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi
berbeda:
- Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling
menjauh sehingga memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan,
kemudian membentuk busur gunungapi tengah samudera.
- Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera
menunjam di bawah kerak benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi
peleburan batuan dan lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui
rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di tepi benua.
- Kerak benua menjauh satu sama lain secara
horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau
rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma
sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang
rekahan.
- Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai.
Gambar di bawah ini menyajikan tentang penampang proses terbentuknya Gunung api :
Gambar 2 &3. Penampang proses
terbentuknya gunung api
Sumber : http://kataloggeografi.blogspot.co.id/2015/02/proses-terbentuknya-gunung-berapi.html
Pada gambar
di atas terlihat penampang diagram yang memperlihatkan bagaimana gunungapi
terbentuk di permukaan melalui kerak benua dan kerak samudera serta mekanisme
peleburan batuan yang menghasilkan busur gunungapi, busur gunungapi tengah
samudera, busur gunungapi tengah benua dan busur gunungapi dasar samudera
Di Indonesia
(Jawa dan Sumatera) pembentukan gunungapi terjadi akibat tumbukan kerak
Samudera Hindia dengan kerak Benua Asia. Di Sumatera penunjaman lebih kuat dan
dalam sehingga bagian akresi muncul ke permukaan membentuk pulau-pulau, seperti
Nias, Mentawai, Enggano, dll.
Gambar 4.
Peta Penyebaran Gunung Api di Indonesia
Sumber : https://dreamindonesia.me/tag/peta-sebaran-gunung-berapi-di-indonesia/
a.
Tipe-tipe
Gunung Api
Tipe-tipe
gunung api berdasarkan bentuknya (morfologi):
1)
Stratovolcano,
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga
dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan,
sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), terkadang bentuknya tidak
beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi
merupakan jenis ini.
2) Perisai, Tersusun dari batuan aliran lava yang
pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut
yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri
dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di
kepulauan Hawai.
3) Cinder Cone, Merupakan gunung berapi yang abu
dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar
gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas
500 meter dari tanah di sekitarnya.
4) Kaldera, Gunung berapi jenis ini terbentuk dari
ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk
cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.
Tipe
A : Gunung berapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
Tipe
B : Gunung berapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi
magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.
Tipe
C : Gunung berapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun
masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan
solfatara/fumarola pada tingkah lemah.
Berdasarkan sifat erupsi
dan bahan yang dikeluarkannya, ada 3 macam gunung berapi , yaitu:
1)
Gunung api perisai. Gunung api ini terjadi
karena magma yang keluar sangat encer. Magma yang encer ini akan mengalir ke
segala arah sehingga membentuk lereng sangat landai. Ini berarti gunung ini
tidak menjulang tinggi tetapi melebar. Contohnya: Gunung Maona Loa dan Maona
Kea di Kepulauan Hawaii.
2) Gunung
api maar. Gunung api ini terjadi akibat adanya letusan eksplosif. Bahan yang
dikeluarkan relatif sedikit, karena sumber magmanya sangat dangkal dan sempit.
Gunung api ini biasanya tidak tinggi, dan terdiri dari timbunan bahan padat
(efflata). Di bekas kawahnya seperti sebuah cekungan yang kadang-kadang terisi
air dan tidak mustahil menjadi sebuah danau. Misalnya Danau Klakah di Lamongan
atau Danau Eifel di Prancis.
3) Gunung
api strato. Gunung api ini terjadi akibat erupsi campuran antara eksplosif dan
efusif yang bergantian secara terus menerus. Hal ini menyebabkan lerengnya
berlapis-lapis dan terdiri dari bermacam-macam batuan. Gunung api inilah yang
paling banyak ditemukan di dunia termasuk di Indonesia. Misalnya gunung Merapi,
Semeru, Merbabu, Kelud, dan lain-lain.
b.
Penetapan
Status Bahaya Letusan Gunung Api
Letusan gunung api
merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah
"erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona
kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng
inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu
melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan
mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati
permukaan bumi (BNPB, 2011:1)
Setiap gunung api
memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk
yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan
gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api
memiliki resiko merusak dan mematikan.
Bahaya Letusan Gunung
Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu :
Bahaya Utama (Primer)
1) Awan Panas, merupakan campuran material
letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat
densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara
turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat
tinggi, antara 300 – 700 0Celcius, kecepatan lumpurnya pun sangat
tinggi, > 70 km/jam (tergantung kemiringan lereng).
2) Lontaran Material (pijar), terjadi ketika letusan (magmatik)
berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung dari besarnya energi letusan,
bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi (>2000C),
ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga mampu membakar
sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga disebut sebagai "bom vulkanik".
3)
Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan gunung api
sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus) yang
diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya tergantung dari arah
angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi
pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh-tumbuhan dan
mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan
korosi terhadap seng dan mesin pesawat.
4)
Lava, merupakan magma yang mencapai
permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan bersuhu tinggi, antara 700 – 12000C.
Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja
yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu (batuan
beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batu.
5) Gas Racun, muncul tidak selalu didahului
oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga
ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas utama yang
biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap menyebabkan kematian adalah
gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah
Gunung Api Tangkuban Perahu, Gunung Api Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunung Api
Papandayan.
6.
Tsunami, umumnya dapat terjadi pada gunung
api pulau, dimana saat letusan terjadi material-material akan memberikan energi
yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang
tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang yang
terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung Krakatau tahun
1883.
Bahaya Ikutan
(Sekunder)
Bahaya
ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan
berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material
dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan
tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta
adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut
lahar.
Penetapan Status Bahaya Gunung
Meletus
Penetapan
status bahaya gunung meletus menurut Departemen Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia (2008 : 52) :
1.
|
Aktiv Normal
(Level I)
|
Kegiatan gunung api berdasarkan
pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak
memperlihatkan adanya kelainan
|
2.
|
Waspada (Level
II)
|
Terjadi peningkatan kegiatan berupa
kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan
dan gejala vulkanik lainnya
|
3.
|
Siaga ( Level
III)
|
Peningkatan semakin nyata hasil
pengamatan visual/pemeriksaan sawah, kegempaan dan metoda lain saling
mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan
|
4.
|
Awas (Level IV)
|
Menjelang letusan utama, letusan awal
mulai terjadi berupa abu/asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera
akan diikuti letusan utama
|
c.
Dampak
Letusan Gunung Api terhadap Kehidupan
Dampak Negative Akibat
Letusan Gunung Api :
1) Lava dan lahar yang dikeluarkan oleh aktivitas gunung
api dapat merusak lahan pertanian, pemukiman, dasn dapat menimbulkan korban
jiwa.
2) Abu vulkanis yang dikeluarkan pada saat letusan dapat
merusak tanaman, iritasi pada mata, terganggunya saluran pernapasan, mengganggu
aktivitas penduduk dan terganggunya transportasi;
3) Gas seperti Sulfur Dioksida
(SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2),
gas Karbondioksida (CO2), gas Asam Chlorida (HCl) dan yang lainnya
menimbulkan kerugian misal akan menyebabkan hujan asam;
4)
Bom, lapili, pasir yang terhempas saat letusan dapat
merusak pemukiman dan pertanian;
5) Banyak dari penduduk,
terutama sekitar Gunung meletus yang kehilangan pekerjaan rutin
kesehariannya.
Dampak
Positive Akibat Letusan Gunung Api :
Selain menyebabkan dampak negatif, letusan gunung api juga menyebabkan
dampak positif, diantaranya :
1) Lapisan
magma yang menembus kerak benua dan membeku di bawah permukaan tanah berpotensi
mengandung mineral yang berharga seperti emas, perak, bijih besi, nikel, dan
tembaga;
2) Material
letusan gunung api (eflata) sangat kaya akan mineral yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Setelah mengalami proses pelapukan, material-material
hasil letusan tersebut akan hancur dan menjadi tanah vulkanik yang subur;
3) Endapan
pasir dan batu erbentui sekitar gunung api yang sangat berguna untuk bahan
bangunan.
4) Gunung
api menghasilkan energi panas bumi (geothermal) yang dapat dimanfaatkan sebagai
tenaga pembangkit listrik;
5) Kawasan
pegunungan merupakan obyek wisata yang menarik, selain pemandangannya menarik
juga banyak terdapat sumber mata air panas sebagai tempat pemandian air panas.
Daftar
Pustaka
Badan
Informasi Publik. 2008. Memahami Bencana-Informasi
Tindakan masyarakat Mengurangi Resiko Bencana. Jakarta : Departemen Komunikasi
dan Informatika RI.
Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2008. Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di
Indonesia. Jakarta : Bakornas PBP.
Best
Seo. 2010. Video Letusan Gunung berapi paling dahsyat di Dunia terhebat Sepanjang
Masa. (On line). Tersedia : https://www.youtube.com/watch?v=gfesR992R34. [12 Juni 2012]
Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2008. Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana. Jakarta : Bakornas
PBP.
Lanjutkan...
BalasHapusSiap.... terima kasih pa.
BalasHapusTampilan materi di atas sangat bagus sekali, bukan hanya materi tetapi ada gambar dan video nya juga😊
BalasHapusMeskipun ada gunung yang sudah tidak berapi, kita harus tetap waspada terhadap gunung tersebut karena bisa saja pada suatu saat gunung tersebut bisa meletus
Ok... Nuhun...
HapusMateri dia atas sangat bermanfaat sekali, kita jadi bisa banyak mengetahui tentang gunung api.
BalasHapusmohon untuk di kembangkan lagi..
BalasHapussetelah membaca materi di atas saya jadi tau apa itu gunung berapi.sebelumnya saya kurang paham tentang gunung api.
BalasHapus